Jumat, 21 Maret 2014

Flying On The Strorm

FLYING ON THE STRORM
Ada sesuatu yang menyentuh hati saya sesaat mendengar lirik lagu Freddy Johnston berjudul Can you Fly” ?  Penggalan liriknya demikian : Can you see me.  And my idiot son. Down in golden light. Thrown out of the dark.  ( Dapatkah Anda melihat saya. Dan anak idiot. Turun di cahaya keemasan. Dilempar keluar dari kegelapan).  Singkatnya, lagu ini memberikan gambaran bagaimanakah saat seseorang yang selama ini berada di zona nyaman, namun tiba-tiba dia harus terlempar ke luar ke zona yang sangat tidak nyaman berupa badai dan kegelapan.  Dapatkah bisa terbang ?    

            Satu hal yang harus kita sadari oleh kita bahwa sepanjang perjalanan hidup kita,  bisa jadi kita tidak akan selalu mendapatkan perjalanan hidup yang mulus. Beberapa orang sukses yang kita lihat sekarang, bisa jadi didapat dengan cara menembus badai kehidupan yang pernah mencampakkan mereka jatuh ke zona yang sangat tidak nyaman.  Menurut  kita, bisa jadi awalnya justru hal tersebut menjadi sesuatu hal yang tidak mungkin ? Namun faktanya justru banyak orang sukses justru bangkit di saat berada “di tengah badai” atau zona yang sangat tidak nyaman.  Mereka bangkit menembus badai kehidupan yang mereka lalui dengan sabar, tabah, rendah hati, dan jiwa besar.
            Factor berani berubah. Berani keluar dari zona nyaman (comfort zone)dan berani menembus badai, rupanya itulah yang menjadi salah satu resep kesuksesan. Bagaimanapun kondisi, kekuarangan dan kelemahan mereka. Semua itu tidak menjadi sebuah kendala, tetapi justru menjadikannya pemacu dan pemicu kesuksesannya.
Lihatlah,Julius Caesar, meski menderita epilepsy, ia berhasil menjadi seorang jendera dan kemudian menjadi kaisar. Ada juga Napoleon Bonaparte walaupun berasal dari rakyat jelata dan berasal darikeluarga sederhana dan bahkan berbadan kecil, ia juga berhasil menjadi seorang jendral. Contoh lainnya adalah Bethoven,ia berhasil menulis lagu-lagu terbaiknya justru sesudah telinganya tuli sama sekali. Charles Dickens menjadi novelis terbesar di Inggris meski kakinya pincang dan lahir darikeluarga yang sangat miskin. Andapun pasti kenal Helen Keller. Dengan mata yang buta, tuli dan “gagu” dia mampu lulus dari Harvard University . Bill Gates tidak menyelesaikan pendidikan sarjananya, namun mampu menjadi “raja” komputer. Begitu pula dengan Nelson Mandela. Ia menjadi presiden Afrika Selatan setelah usianya lewat 65 tahun. Kolonel Sanders sukses membangun jaringan restoran fast food ketika usianya sudah lebih dari 62 tahun.
    Ucok Baba, dengan tinggi tubuh yang di bawah rata-rata ia mampu menjadi presenter di televisi. Andre Wongso, tidak menamatkan sekolah dasar namun mampu menjadi motivator nomor satu di Indonesia .Contoh lain mantan Meneg BUMN, Bapak Sugiharto, yang pernah menjadi seorang pengasong, tukang parkir dan kuli di Pelabuhan. Kemiskinan tidak menghambatnya untuk terus maju. Bahkan sebelum menjadi menteri beliau pernah menjadi eksekutif di salah satu perusahaan ternama.
 Nah, bila Anda masih terkungkung di zona nyaman, pada hakekatnya Anda masih terkekang dan bisa jadi akan terjatuh melayang di tengah badai. Orang-orang seperti Ucok Baba, Helen Keller, Andre Wongso, Sugiharto, Bill Gates dan Nelson Mandela adalah orang yang mampu menembus badai kehidupan. Merekalah contoh sosok orang yang sabar, tabah, rendah hati, ulet, kerja keras, sehingga mampu menembus berbagai keterbatasan di tengah badai kehidupan yang menerpanya.

Orang-orang tersebut sanggup mengubah kekalahan jadi kemenangan, kekurangan jadi prestasi. From zero to hero, from melarat to konglomerat. Itulah orang-orang yang yakin bahwa keunggulan , kemenangn dan keberhasilan,dan kejayaan membutuhkan kemauan dan keberanian untuk berubah. Semua memang bergantung pada bagaimana sikap pikiran kita menghadapi gejolak kehidupan dan siap menghadapi saat berada di zona badai dalam kehidupannya. Bagaimanakah dengan Anda sekarang ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar